Samsung kembali menunjukkan taringnya di pasar ponsel global. Berdasarkan laporan terbaru dari perusahaan riset Omdia yang dirilis pertengahan September lalu, Samsung Galaxy A15 4G sukses mengukuhkan diri sebagai smartphone Android paling laris di dunia sepanjang semester I-2024. Meskipun secara peringkat keseluruhan perangkat ini berada di posisi ketiga, pencapaian tersebut sangat signifikan mengingat dua posisi teratas dikuasai oleh ekosistem iOS, yakni iPhone 15 Pro Max dan iPhone 15 standar.
Prestasi ini seolah mengulang kesuksesan pendahulunya, Galaxy A14, yang tahun lalu juga menduduki takhta serupa. Tercatat, Galaxy A15 4G berhasil dikirimkan sebanyak 17,3 juta unit dalam enam bulan pertama tahun ini. Angka ini menempel ketat iPhone 15 yang mencatatkan pengiriman 17,8 juta unit, sementara varian termahal Apple, iPhone 15 Pro Max, memimpin jauh dengan angka 21,8 juta unit.
Menariknya, dominasi Samsung tidak hanya berhenti pada varian 4G. Saudara kembarnya, Galaxy A15 5G, juga berhasil menembus daftar sepuluh besar dengan menempati peringkat ketujuh. Total pengirimannya mencapai 12,2 juta unit, sebuah lonjakan yang cukup berarti jika dibandingkan dengan Galaxy A14 5G yang tahun sebelumnya “hanya” terkirim 9 juta unit pada periode yang sama.
Tren Positif Segmen Premium dan Kembalinya Xiaomi
Selain segmen entry-level yang gemilang, lini flagship Samsung juga menunjukkan performa yang menggembirakan. Galaxy S24 Ultra berhasil menduduki peringkat kelima dengan total pengiriman 12,6 juta unit. Angka ini merepresentasikan kenaikan pesat dibanding pendahulunya, Galaxy S23 Ultra, yang pada tahun lalu terkirim 9,6 juta unit. Hal ini mengindikasikan bahwa minat konsumen terhadap ponsel premium Android masih sangat tinggi.
Di sisi lain, daftar ponsel terlaris versi Omdia kali ini juga menandai comeback Xiaomi ke jajaran elit. Redmi 13C sukses bertengger di posisi kedelapan dengan pengiriman 11,8 juta unit, setelah sebelumnya raksasa teknologi asal Tiongkok ini sempat absen dari daftar serupa pada tahun 2023.
Kendati paruh pertama 2024 menunjukkan angka-angka yang fantastis, Jusy Hong selaku Manajer Riset Senior Omdia memberikan catatan peringatan. Ia memprediksi bahwa paruh kedua tahun ini mungkin akan mengalami penurunan, terutama di segmen low-end. Permintaan yang sempat tertahan saat pandemi kini dinilai sudah terpenuhi, ditambah lagi ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi membuat momentum pertumbuhan pasar kelas menengah menjadi stagnan.
Ketegangan Internal Akibat Lonjakan Harga Chip
Di balik gemerlap angka penjualan tersebut, situasi yang kurang harmonis justru sedang terjadi di dapur internal Samsung. Laporan industri terbaru mengungkap adanya gesekan antara dua divisi raksasa dalam tubuh perusahaan Korea Selatan tersebut, yakni divisi semikonduktor (DS) dan divisi Mobile Experience (MX). Konflik ini dipicu oleh meroketnya harga DRAM yang memaksa divisi DS mengambil langkah drastis demi profitabilitas.
Divisi DS dikabarkan menolak permintaan divisi MX untuk menyuplai chip DRAM dengan kontrak jangka panjang lebih dari satu tahun. Langkah ini diambil karena divisi semikonduktor ingin memprioritaskan keuntungan di tengah naiknya harga pasar, alih-alih memberikan “harga teman” kepada saudara satu perusahaannya sendiri.
Situasi ini cukup pelik mengingat harga RAM LPDDR5X berkapasitas 12GB telah melonjak drastis. Pada awal tahun, harganya masih berada di kisaran 33 dolar AS, namun memasuki bulan November, harganya melambung hingga lebih dari dua kali lipat menjadi 70 dolar AS. Kenaikan ekstrem ini membuat kontrak jangka panjang menjadi tidak menguntungkan bagi divisi penyedia komponen.
Dampak pada Masa Depan Galaxy S Series
Akibat penolakan tersebut, kedua divisi kini harus menjalani negosiasi yang lebih alot. Alih-alih mendapatkan jaminan pasokan tahunan, divisi MX kini terpaksa mengajukan permintaan suplai DRAM secara triwulanan (per tiga bulan). Ketegangan ini bahkan dilaporkan sampai membutuhkan intervensi dari para eksekutif tingkat tinggi Samsung untuk mencapai kesepakatan, di mana divisi seluler akhirnya hanya berhasil mengamankan pasokan hingga akhir tahun ini saja.
Keputusan keras dari divisi DS ini sejalan dengan target ambisius perusahaan untuk mendongkrak laba operasional hingga 69 miliar dolar AS pada tahun 2026, serta menargetkan bisnis foundry mereka untung pada tahun 2027. Namun, strategi ini membawa risiko besar bagi konsumen. Dengan biaya komponen memori yang terus membengkak dan negosiasi internal yang sengit, ada kemungkinan besar Samsung Galaxy S26 yang dijadwalkan rilis Februari 2026 akan mengalami kenaikan harga.
Peningkatan biaya produksi ini tentu menjadi dilema tersendiri. Meski Samsung Galaxy A15 4G dan S24 Ultra sukses besar di pasaran saat ini, ketidakstabilan rantai pasok internal bisa menjadi batu sandungan serius bagi penetapan harga dan margin keuntungan produk flagship mereka di masa mendatang.



